Catatan ini terinspirasi dari teman-teman mahasiswa baru Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UM Surabaya angkatan 2016. Saya telah berbagi ilmu tentang sayaan kreatif kepada mereka di ruang microteaching. Di sana kami saling bertukar pikiran. Sumber ilmu tidak terpusat pada pemateri saja sehingga suasana berbagi ilmu menjadi menyenangkan.

“Untuk mengkaji sesuatu, ada tiga pertanyaan mendasar yang harus dijawab, yaitu apa, mengapa, dan bagaimana”, ucap saya. Ada lima mahasiswa yang menjawab tentang apa pengertian menulis. Mereka menjawab…

  1. Ungkapan perasaan
  2. Imajinasi seseorang
  3. Kegiatan menuangkan pikiran
  4. Catatan penting
  5. Karya seni

Seorang mahasiswa menyimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan menuangkan pikiran, perasaan, dan imajinasi menjadi sebuah catatan dan karya. Jawaban yang sangat baik, tidak jauh berbeda dengan KBBI dan ilmuwan bahasa.

Beralih ke mengapa, saya mengemukakan enam manfaat menulis.

  1. Menjaga ilmu dan pemikiran
  2. Media dakwah yang sangat bermanfaat
  3. Membuat hidup menjadi produktif
  4. Menstabilkan hati
  5. Menata dan meningkatkan kemampuan pikiran
  6. Aktualisasi diri

Saya menjelaskan itu satu per satu. Suasana menjadi heboh ketika sampai pada nomor empat. “Kita kan remaja, pasti sudah tahu kondisi remaja pada umumnya. Bagaimana, Teman-teman?” Galau, puber, baper, dsb menjadi kata yang bersahut-sahutan di ruangan.

“Dengan menulis, suasana hati kita bisa menjadi lebih tenang. Entah puisi atau diary bagi yang perempuan, sudah gak ada ya yang buat itu (diary), atau menulis apapun, hati yang awalnya baper alias bawa perasaan menjadi baper alias bawa perubahan”

“Ada yang tahu arti dari aktualisasi diri?” Mereka menggelengkan kepala, belum mengenal istilah itu. Saya pun menjelaskan bahwa aktualisasi diri adalah mengeluarkan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki untuk suatu kebermaknaan hidup. Alasan utama saya sering membuat karya di catatan Facebook adalah aktualisasi diri.

“Coba perhatikan tayangan ini, lalu simpulkan pengertian kreatif. Nanti mbak Izzah akan menayangkan tiga kali saja”, kata saya. Aynul Iyzah, mahasiswi semester lima yang menjadi moderator, langsung menayangkannya. Beberapa mahasiswa pun berpendapat tentang kreatif.

  1. Kreatif itu membuat sesuatu dari yang belum ada menjadi ada
  2. Kreatif itu harus dilakukan sepanjang hidup
  3. Kreati itu unik

Saya menambahkan bahwa mengembangkan sesuatu yang sudah ada juga bisa disebut kreatif. Hasil karya seseorang baik yang baru atau pengembangan hendaknya disebarkan atau dibagikan ke orang lain. Hal itu dilakukan supaya karya tadi bisa menjadi ilmu yang bermanfaat, amal yang bisa menolong ketika usia telah tiada. “Warna putih melambangkan kebaikan niat dan karya kreatif kita. Warna merah melambangkan keberanian kita dalam berkarya dan berbagi, tidak peduli meskipun jumlah pujian, like, dan share yang kita terima sedikit atau tidak ada”, tambah saya.

Ada enam tahap dalam menulis. Tahapan ini selalu dilakukan saya ketika membuat suatu tulisan. Tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

  1. Mengamati atau memikirkan suatu realitas
  2. Menentukan tema dan batasan
  3. Membuat kerangka tulisan
  4. Menguraikan kerangka tulisan menjadi tulisan utuh
  5. Menyunting
  6. Membuat judul

Seorang dosen suatu perguruan tinggi Islam swasta pernah berkata, “Segala sesuatu bermula dari realitas.” Ucapan itu juga saya sampaikan kepada para peserta. Realitas yang diamati atau dipikirkan bisa apaun, misalnya Tuhan, buku, alam, masyarakat, benda-benda di sekitar, atau yang lainnya.

Tema dan batasan berguna untuk mencegah tulisan hilang arah. Kerangka tulisan berfungsi untuk menentukan satu gagasan pokok pada tiap paragraf atau bait (puisi). Pembuatan tema, batasan, dan kerangka justru memudahkan seseorang untuk menulis. Tiga aspek itulah yang menjadi acuan ketika hendak menulis secara utuh. Dua tahap terakhir adalah menyunting dan membuat judul. Tiap-tiap saya bisa jadi memiliki tahapan yang berbeda.

“Ketika kita SMP atau SMA, buku pelajaran yang kita baca pasti menjelaskan bahwa setelah membuat tema adalah membuat judul, betul kan?”, tanya saya. Semua mahasiswa menjawab iya. Saya menjelaskan bahwa judul merupakan hal yang pertama dilihat oleh pembaca dan menggambarkan isi tulisan. Jadi, judul yang baik tentunya bisa dibuat ketika tulisan sudah jadi. Karena harus menarik, lebih baik judul ‘dieksekusi’ terakhir saja.

Pada akhir penyampaian materi, saya memotivasi mereka untuk gemar menulis dengan kutipan sebagai berikut:

  • … dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya (Yunus[10]: 100)
  • Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian (Pramoedya Ananta Toer)
  • “Tulisan itu rekam jejak. Sekali dipublikasikan, tak akan bisa kau tarik. Tulislah hal-hal berarti yg tak akan pernah kau sesali kemudian.” (Helvy Tiana Rosa)

Setelah materi selesai, saya mengarahkan mereka supaya membuat tulisan bebas selama 40 menit. Tulisan-tulisan itu akan dibahas secara umum. Mayoritas dari mereka membuat puisi. Ada empat karya yang sangat bagus. Karya-karya yang lain bersifat baik. Karya yang sangat bagus sebagai berikut:

  1. Tersenyumlah, karya Anita Hardiyanti R. (opini yang sederhana tapi mengena)
  2. Skenario Kehidupan, karya Masyra’atul Zaim (opini ‘bernada’ puisi)
  3. Usang, karya Dinda (puisi bermajas indah dan bermakna dalam)
  4. Tas Ransel, karya Mochammad Yogik S. (puisi unik, bisa membuat pendengar tercengang)

Ketika saya hendak mengakhiri pertemuan, ada yang berkata, “Lho, sudah selesai, Mas?” Hanya sedikit peserta yang berkemas. Hampir dua jam kami di ruang microteaching. Ada pula yang berkata, “Ayo, Mas, beri motivasi untuk kita, kata-kata terakhir.” Seisi ruangan tertawa mendengar kata-kata terakhir.

“Kita adalah makhluk yang berakal. Dengan akal tersebut kita bisa membuat suatu karya, apapun itu. Contohnya tentu saja dengan menulis. Kalau teman-teman punya ide, bisa dituangkan dalam bentuk tulisan. Teman-teman tentu tahu saya memiliki kekurangan fisik, berbeda dengan kalian. Tentu teman-teman (pada dasarnya) tidak mengalami kesulitan ketika menulis, mengetik di laptop untuk membuat karya, berbeda dengan saya. Mungkin suatu saat kita bisa bekerja sama membuat suatu karya atau tulisan yang bagus. Oleh karena itu, ayo menulis, ayo berkarya”